Bab Al-Hasab
Bersama Pemateri :
Ustadz Syafiq Riza Basalamah
Bab Al-Hasab adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Al-Adabul Mufrad. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. pada Senin, 2 Rabi’ul Awal 1445 H / 18 September 2023 M.
Kajian Islam Tentang Bab Al-Hasab
Dalam hadits yang disebutkan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa seorang wanita dinikahi karena empat hal; yaitu hartanya, kecantikannya, hasabnya (kehormatan dan kemuliaan), dan agamanya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa beruntunglah seseorang jika mendapatkan wanita yang agamanya baik. Apalagi kalau agamanya baik, cantik, bangsawan (memiliki kemuliaan) dan kaya. Memang terkadang sulit untuk mendapatkan yang seperti itu.
Berkaitan dengan Al-Hasab, Imam Bukhari Rahimahullahu Ta’ala menyebutkan, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الْكَرِيمَ ابْنَ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ يُوسُفُ بْنُ يَعْقُوبَ بْنِ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ.
“Sesungguhnya seorang yang mulia, putranya orang yang mulia, cucunya orang yang mulia, cicitnya orang yang mulia, Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, putranya Nabi Ya’qub, putranya Nabi Ishaq, putranya Nabi Ibrahim ‘Alaihimush Shalatu was Salam.” (HR. Bukhari )
Ini kalau kita lihat sebuah kemuliaan dan kehormatan yang bukan berkaitan dengan nasabnya saja, tapi dengan nasab yang berbalut kenabian. Dan kita tahu tidak ada anugerah yang lebih besar daripada kenabian yang Allah berikan kepada hambaNya.
Kemudian kita akan melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tatkala berbicara tentang kemuliaan dan kehormatan, itu tidak berkaitan dengan nasab. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ أَوْلِيَائِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُتَّقُونَ، وَإِنْ كَانَ نَسَبٌ أَقْرَبَ مِنْ نَسَبٍ، فَلاَ يَأْتِينِي النَّاسُ بِالأَعْمَالِ وَتَأْتُونَ بِالدُّنْيَا تَحْمِلُونَهَا عَلَى رِقَابِكُمْ، فَتَقُولُونَ: يَا مُحَمَّدُ، فَأَقُولُ هَكَذَا وَهَكَذَا: لاَ، وَأَعْرَضَ فِي كِلا عِطْفَيْهِ.
“Sesungguhnya kekasih-kekasihku pada hari kiamat adalah orang-orang yang bertakwa. Walaupun sebagian nasab memang lebih dekat dengan nasab yang lainnya. Jangan sampai nanti orang-orang pada hari kiamat datang membawa amalan, sedangkan kalian (yang nasabnya dekat dengan nabi) membawa dunia di pundakmu, lalu kalian berkata (meminta syafaat): ‘Wahai Muhammad!’ Maka saya menjawab begini dan begini, tidak. Saya akan berpaling dari kedua hal tersebut.”‘ (HR. Bukhari)
Orang yang bertakwa yaitu yang senantiasa mengingat Allah dan tidak melupakanNya, taat dan patuh kepada Allah dan tidak durhaka, bersyukur kepada Allah dan tidak kufur kepadaNya, suka berinfak dalam kondisi suka atau duka, dalam kondisi luas atau sempit, dalam kondisi punya rezeki yang banyak atau sedikit.
Orang bertakwa bukan bicara nasab, tapi bicara amalan dan keimanan. Orang bertakwa senantiasa menahan emosinya, bahkan dia memaafkan orang lain. Dan Allah suka dengan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ini jalan ketika seseorang ingin mencari kehormatan. Yaitu dengan beramal dan bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Dan dalam hadits lain disebutkan:
ألا إنَّ آلَ أبي فلانٍ ليسوا لي بأولياءَ ، إنما ولييَ اللهُ و صالحُ المؤمنِين
“Sesungguhnya keluarga Abu Fulan, mereka bukan waliku, kekasihku adalah Allah dan yang shalih dari orang-orang beriman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ingat bahwa ada sebagian orang yang nasabnya lebih dekat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tapi kekasih Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah yang bertakwa. Walaupun dia bukan dari keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan Abu Lahab dan Abu Thalib yang merupakan paman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka di neraka. Itu karena mereka salah beramal.
Maka hendaklah siapa saja yang ingin menjadi kekasih Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, baik dari yang darahnya bersambung dengan nabi atau bukan, maka jadilah engkau orang yang bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Inilah yang namanya hasad. Ini kemuliaan dan kehormatan yang seharusnya engkau berjuang mendapatkannya.
Sebagian orang berpikir bahwa kalau dia jadi pejabat, maka dia akan hidup dengan segala penghormatan dari manusia. Apa gunanya dihormati orang lain tatkala nabi tidak mau kepada engkau? Apa gunanya engkau dihargai sama orang lain tatkala Allah ‘Azza wa Jalla tidak menerimamu?
Ini sebuah teguran untuk kita semua bahwa pada hari kiamat nabi sudah mewanti-wanti, jangan ada yang membawa nasab. Karena merasa dekat dengan nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam sehingga dia berharap dengan hasabnya (tidak dengan amalannya) dia dapat masuk surga.
Bahkan di sebuah hadits disebutkan:
وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بهِ نَسَبُهُ
“Barangsiapa yang tidak bisa cepat melewati shirath yang berada di atas neraka jahanam karena amalannya kurang, maka tidak bakal cepet karena nasabnya.” (HR. Muslim)
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53376-bab-al-hasab/